Dimuat di Majalah Travelounge edisi Agustus 2012
===========================================
Di lapangan pekan raya Canstatter
Wasen, tak jauh dari sepotong jalan yang dilalui kereta antar kota di
Stuttgart, Jerman, bau makanan manis berhamburan menjemput pejalan kaki. Derak
kereta yang menggilas rel besi tak dapat menggilas suara-suara kegembiraan yang
tumbuh di antara warna-warna Fruehling Festival, Festival Musim Semi yang
digelar setiap bulan April hingga Mei di kota tersebut. Setelah musim gugur
yang sendu dan musim dingin yang beku, akhirnya matahari muncul kembali dan
bunga-bunga mulai bersemi. Festival ini adalah salah satu festival musim semi
terbesar di Eropa. Istimewanya lagi, di Jerman, Fruehling Festival hanya
berlangsung di kota Stuttgart dan Munich.
Banyak pengunjung – terutama
pemuda dan pemudi – mengenakan pakaian tradisional Jerman. Gadis-gadis tampak
seksi dalam drindl, blus putih tipis sabrina yang dilapis dengan rompi pas
badan, serta rok katun lengkap dengan celemeknya yang serasi. Sementara para
pemuda tampak gagah dalam lederhosen, celana kulit selutut yang divariasikan
dengan jaket, topi, dan bertelnya. Pakaian tradisional Jerman yang secara
keseluruhan disebut tracht ini juga dijual di Fruehling Festival. Harganya
cukup mahal, satu paket lengkap dapat mencapai lebih dari 100 euro alias Rp
1.200.00,00. “Ini kulit asli,” ujar sang penjual sambil menunjukkan sepotong
celana lederhosen.
Layaknya sebuah pekan raya,
bertebaran berbagai wahana seru di Fruehling Festival. Antara lain Wilde Maus (roller coaster kecil yang super cepat) dan Super Rutsche (perosotan raksasa yang
bergelombang). Jika ingin melihat festival ini secara keseluruhan, duduklah di
dalam Ferris Wheel, bianglala setinggi 47 meter. Siapkan kameramu dan dapatkan
foto lanskap yang indah dari dalam wahana ini.
Bahasa yang tidak saya mengerti
namun saya kenali betul kehangatannya, menyentuh telinga saya. Ia hadir melalui
obrolan pengunjung Fruehling Festival, narasi wahana-wahana, dan senandung
anak-anak. Setelah menempuh perjalanan panjang melintasi waktu, musim semi pun
tiba. Meski bunga-bunga merayakannya diam-diam, warga kota Stuttgart
menyambutnya akbar.
Lebkuchen
Jajanan yang paling banyak
ditemui di sepanjang Fruehling Festival adalah lebkuchen. Lebkuchen adalah kue
kering yang dihias dengan gula warna-warni. Rata-rata lebkuchen berbentuk
jantung hati dengan kata-kata kasih sayang seperti ich liebe dich (saya cinta kamu), mein libling (sayangku), atau Papi/Mami/Opi/Omi
ist der beste (ayah/ibu/kakek/nenek adalah yang terbaik).
“Lebkuchen biasanya memang cuma dijual
di festival musim semi atau festival musim gugur,” ungkap Karen Richter, salah
satu pengunjung Fruehling Festival. Tak hanya itu, kue kering berbahan baku
madu, cinnamon, lemon, dan gula kelapa tersebut memang tak umum dibeli untuk
disantap. Lalu untuk apa, dong? “Ibu saya punya lebkuchen pemberian seseorang,
sudah bertahun-tahun tapi masih disimpan. Memakan lebkuchen seperti memakan hati
orang lain,” tambah Martin Richter, suami Karen.
Karena kering dan dibungkus
dengan plastik kedap udara, lebkuchen sangat mungkin disimpan tanpa menjadi
berjamur. Konon kata leb sendiri
diambil dari kata liebe (cinta), leben (hidup), leib (tubuh), dan leb-honig
madu kristalisasi istimewa yang juga merupakan bahan baku lebkuchen.
Lebkuchen adalah pernyataan kasih
yang biasanya digantung sebagai penghias rumah. Dalam wujudnya terkandung
cinta, hidup, dan bagian diri yang istimewa dari si pemberi. Meski musim semi
akan segera berlalu lagi tanpa tercegah, lebkuchen mengkristalkan bagian
terbaiknya.
Sundea
foto: Andreas Jaka Pratama
Comments
Post a Comment