“Hei, Burung Kuntul, kamu sudah
pernah ke SMAXVille? Seperti apa, sih, desanya?” tanya Dea penasaran.
Burung Kuntul tidak menjawab –
atau mungkin menjawab dengan bahasanya sendiri. Ia bertengger di pinggir perahu
Dea. Lehernya yang panjang bergerak maju-mundur seperti penari. Suaranya yang
khas bersahutan dengan riak air.
“Bagus, nggak, SMAXVille? Teman
Dea bilang iya,” ujar Dea sambil memberi Si Kuntul sepotong ikan.
Dea berperahu sendirian menuju
SMAXVille. Rencananya selama beberapa waktu Dea akan tinggal di sana. Kata
Atri, teman Dea yang pernah berkunjung ke SMAXVille, desa itu menyenangkan.
“Penduduknya ramah-ramah. Makanannya enak-enak. Udaranya segar. Pemandangannya
juga bagus sekali,” cerita Atri ketika itu.
Dea langsung tertarik. Maka,
begitu ada kesempatan, Dea langsung berangkat ke SMAXVille. Dari cerita Atri
juga Dea tahu sedikit seperti apa penduduknya. Ada Mister Potato yang berkumis
baplang, ada Agent X si detektif cerdik, ada Veetos si kripik kentang segi tiga,
ada Cippy bebek yang tak bisa berenang
tanpa ban dan kacamata, ada Balls yang suka menggelinding ke sana kemari, dan
ada teman-teman SMAXVille lainnya. Ah, rasanya tidak sabar. Dea ingin
cepat-cepat sampai di SMAXVille dan berkenalan langsung dengan mereka semua.
***
Sebuah daratan hijau sudah terlihat.
Suara yang ria muncul sayup-sayup, timbul-tenggelam dimainkan angin di seputar danau.
Dea memasang teropong Dea agar dapat mengamati daratan itu lebih jelas. Wow!
Itu SMAXVille! Ya, itu pasti SMAXVille! Bapak-bapak berkumis baplang – yang
pasti adalah Mister Potato – berlalu lalang di sekitar pohon kelapa. Makhluk
oranye bulat – yang pasti adalah Balls – menggelinding-gelinding ke sana
kemari. Di dekatnya Dea melihat kripik segi tiga – yang pasti adalah Veetos –
tertawa-tawa. Atri betul. SMAXVille terlihat menyenangkan. Dea bergegas
mengayuh perahu Dea agar dapat tiba di sana lebih cepat.
“Hai, hai …ini SMAXVille, ya?”
tanya Dea ketika perahu Dea hampir menyentuh daratan.
“Hai, hai, betul sekali,” sahut
Mister Potato.
“Namaku Dea. Aku datang dari
Bandung, mau menginap di sini beberapa hari. Boleh tidak?” tanya Dea seraya
turun dari perahu.
“Hohoho … tentuuuu boleh. Kamu
boleh menginap di sini selama kamu mau,” sahut Mister Potato. Ia membantu Dea
mendorong perahu Dea ke dekat pohon kelapa.
“Hai, Dea, selamat datang,”
sambut Ball dan Veetos.
“Kamu pasti Balls dan Veetos,”
tebak Dea.
“Hah? Kok kamu bisa tahu??” tanya
Balls dan Veetos bersamaan.
“Tahu saja,” Dea tersenyum penuh
rahasia. Membiarkan kedua makhluk imut-imut itu kebingungan.
Atri betul. SMAXVille adalah desa yang menyenangkan. Penduduknya
ramah dan hangat seperti sinar matahari yang tercurah di sana. Semuanya hidup
dalam damai dan kasih. Tak ada yang suka bertengkar dan tak ada yang ingin saling
menjatuhkan. Di tengah SMAXVille berdiri sebuah istana yang megah namun tak
terkesan angkuh. Di sekitarnya berdiri rumah-rumah mungil berbentuk lucu yang
berwarna-warni.
“Itu rumah-rumah kami. Kalau yang
itu rumahku,” kata Mister Potato sambil menunjuk rumah mirip kentang bertopi.
Dea terkikik geli. Rumah itu terlihat seperti dirinya.
“Kamu boleh pilih mau menginap di
mana malam ini,” kata Balls sambil menggelinding maju-mundur.
“Hmmm … di mana, ya?” Dea
bertimbang.
Tiba-tiba telinga Dea menangkap
lagu yang menyenangkan. Hei. Lagu dari mana ini? Siapa yang memainkannya?
“Kamu dengar lagunya, ya?” tanya
Veetos.
“Iya. Lagu dari mana ini?” Dea
balik bertanya
“Lagu dari hatimu. Lagu itu hanya
didengar oleh orang-orang yang akan
mengalami hari-hari menyenangkan di SMAXVille,” jelas Veetos.
Mata Dea berbinar.
Hei kamu yang sedang membaca
cerita ini, apakah kamu juga mendengar lagunya? Jika iya, berarti kita akan
mengalami hari-hari yang menyenangkan.
Seperti apa? Tunggu cerita
selanjutnya, ya … ;)
Kunjungi http://smaxville.com/
Ini adalah cerita bersmabung yang dibuat untuk snack SMAX di websitenya.
Comments
Post a Comment