Ini adalah pengantar untuk pameran foto dan buku foto Rizki Ramadhan "Tidak Sengaja Tapi Terrencana". Tentang pameran itu sendiri bisa dilihat di sini.
I'd be a lens that
could see souls
a shutter that never shuts …
a shutter that never shuts …
“Camera” – Cosby Stills Nash and Young
Saya pernah mendengar seorang
fotografer berkata begini, “Bukan kamera jenis apa yang paling penting. Kamera yang
sebetulnya itu mata kita sendiri”. Saya sepakat. Mata yang memilih obyek,
menentukan sudut pandang, dan menetapkan bingkai. Mata adalah lensa yang
menangkap kesan, kemudian mengabadikannya sebagai memori.
Mata hati adalah lensa lain
dengan sensor yang halus sekali. Ia menangkap yang tak kasat mata, kemudian mengabadikannya
dalam apa saja; dalam doa yang kita ucapkan diam-diam, dalam pilihan langkah
kita sehari-hari, dalam karya-karya kita, dan dalam hal-hal lain yang sering
kita sebut sebagai kebaikan.
Rizki Ramadhan adalah seseorang
yang menangkap apapun dengan mata hatinya. Karena itu ia - dan tentu saja setiap karyanya – harus
dibaca lebih jauh daripada apa yang terlihat mata kepala. Ia kadang memilih sudut
pandang yang janggal. Pada salah satu karyanya misalnya, posisi trolley
terlihat tanggung, berpunggungan dengan trolley lain yang tak sampai terlihat
separuh di dalam bingkai. Kadang juga Rizki membidik fokus yang tidak
terperhatikan. Ambil contoh teks “The
Face You Can Trust” di jembatan penyebrangan dan wajah blur laki-laki berumur di bawahnya.
Dengan mata hatinya, Rizki pun
mengkritisi tanpa perlu menjadi agresif. Ada keterangan jerapah di depan
kandang zebra, teks bahasa Arab yang berdampingan
akrab dengan teks Bandung Underground, atau bahasa tubuh sapi menjelang
penjagalan.
Setiap karya Rizki punya ruang
sangat lapang untuk ditafsirkan. Tapi justru karena itulah saya tidak ingin
menafsirkan apa-apa di halaman ini. Itu bagian kita semua ;)
Di antara hamparan peristiwa dan
luas pesona, Rizki membingkai bagian-bagian kecil. Bukan untuk mereduksi
nilainya, tapi justru untuk menemukan kekayaan dalam detail yang lebih fokus.
Semoga ia selalu dapat membingkai sesuatu dengan mata hatinya.
(Seperti) Tidak Sengaja, tapi
Terrencana
Begitulah cara mata hati bekerja
setiap hari.
Salamatahari, semogaselaluhangat
dan cerah
Seseorang yang bersyukur menjadi
sahabat Rizki,
Sundea
Comments
Post a Comment