-Dago 230, Jumat, 15 Juli 2011-
Hari itu, bulan bersinar kurang lebih seperti pada gambar menu Warung Ngebul berikut ini. Bundar. Terang. Dengan aura kemilau yang melingkar di sekitarnya. Kota Bandung menyimbunyikan bintang-bintangnya. Tapi keyakinan kita pada hal-hal kecil yang indah dan ajaib membuat kita percaya: bintang selalu ada, baik terlihat maupun tidak.
Dan hari itu memang ajaib.
Tanpa dipicu apa-apa, tiba-tiba saja saya ngidam salad buah dan keju Warung Ngebul. Rasanya enak sekali. Buahnya segar dan penuh. Keju dan yoghurtnya selalu tertakar secara pas. Harganya sepuluh ribu rupiah saja. Tak seperti biasanya, ngidam kali itu mendesak saya melenggang ke Jln. Dago 230. Saya percaya intuisi. Maka saya mengikuti dorongannya.
Dan ternyata, begitu saya tiba di sana, tiba-tiba seorang teman sudah memesan salad buah.
Hari itu berbagai kejadian ajaib terjadi. Pertemuan tanpa rencana yang seperti direncanakan, cerita Teh Vanny sang pemilik warung yang juga punya feeling seputar salad buah, kisah-kisah yang saling bersambung seperti di buku cerita, dan peristiwa-peristiwa menarik lainnya. Mungkin karena Vabyo, salah satu pemilik Warung Ngebul juga, menulis novel bertajuk “Kedai 1001 Mimpi. Karenanya berbagai cerita yang seperti mimpi bertaburan di warungnya yang mungil.
Jika kamu ingin tahu mimpi apa yang mungkin terjadi dalam kehidupan nyatamu, berkunjunglah ke kedai ini. Nikmati “ngopi ganteng” dan “makanan enak dan cemil centil” yang harganya hanya berkisar Rp 3000,00 hingga Rp Rp 17.500,00 rupiah saja. Ada es krim berbanjur kopi panas, susu mangga dingin, nasi tongset yang pedas, pancake es krim, dan aneka jajanan seru lainnya. Ajak orang-orang terkasihmu atau bersiaplah untuk bertemu teman-teman baru yang hangat dan pengasih. Siapapun lekas menjadi akrab di kedai ini.
Malam itu bintang-bintang tidak terlihat di langit Bandung.
Kenapa? Karena mereka dan keajaibannya bersemubunyi di bawah atap Warung Ngebul.
Sundea
Follow twitter Warung Ngebul di @WarungNgebul
Comments
Post a Comment