Peri Musim Panas yang Menyihir Jalan

Dimuat di Suave Magazine vol 06.75. November 2010

=================================================

“Kenapa biru, Pak?”
“Nggak tau, ya, Pemda mintanya gitu …”

Sebagian jalan yang membentang sepanjang Balai Kota Bandung, memintas daerah Cilamaya, dan bermuara di Simpang Dago, dicat biru kolam renang. “Tanda buat jalan sepedah sama yang jalan kaki, Neng,” kata salah seorang pekerja jalan. Saya tersenyum. Di mata saya, mereka tampak seperti sekelompok peri musim panas yang mengubah kelabu yang membatu di paving block menjadi biru muda terang. Cair dan raya.

“Mulai ngecatnya kapan, Pak?”
“Dari hari Senin. Tanggal 27-an lah …”
“Rencananya ini bakal selesai kapan?”
“Paling semingguan lagi …”



Konon nanti hamparan biru itu akan digambari sepeda serta laki-laki dan perempuan yang bergandengan.  “Tanda buat jalan sepedah sama yang jalan kaki, Neng,” kata pekerja jalan itu lagi. Saya pun tersenyum lagi. Kelak pejalan kaki dan pesepeda akan tampak seperti  mengalir di atas air sambil bercermin. Ketika jalan raya Bandung sedang tersendat macet, terutama pada musim liburan dan akhir pekan, pejalan kaki dan pesepeda tak perlu resah lagi. “Semoga kendaraan lain pun tertib berlalu lintas,” doa saya dalam hati, “Mobil dan motor tidak boleh lewat di jalan biru karena bayangan mereka tak ada di cermin …”

Sementara para peri musim panas terus menjalankan tugasnya, saya melompat-lompat kecil menyusuri jalan yang telah mereka cerahkan. Tetapi semakin jauh saya melangkah, semakin pudar juga biru cerah. “Padahal kan baru dicat dari Senin kemarin,” ujar saya dalam hati.

Peri-peri musim panas, siapa yang mencuri keajaibanmu? Atau memang sihirmu luntur secepat itu?



Comments