Mesin Pembuat Mimpi

Dimuat di Suave Magazine vol07.76th Edition. December 2010
=============================================

Berjarak dari lorong supermarket dan hiruk pikuk lalu lintasnya, sebuah mesin pembuat mimpi bekerja. Ia berputar dan berputar. Mas Lanang si pemintal mimpi berdiri di sisinya dengan sabar. Menunggu uap hangat berpendar, baru kemudian menaburkan gula pasir ke pusat pusarannya. “Ini namanya kepala,” kata Mas Lanang sambil menunjuk pusat pusaran.

Gula pasir berlompatan dari kepala. Sebagian berkilauan seperti bintang dan menempel di dinding kuali mesin, sebagian lagi menjelma benang-benang halus merah muda. Mas Lanang menangkap benang-benang halus tersebut dengan tongkat kayu. Semakin lama benang yang bergulung di tongkat semakin tebal. Harum tebu yang terbakar pun merebak semakin kental. Saya menghirupnya. “Baunya manis. Ini pasti mimpi indah,” ujar saya di dalam hati. 



“Ini, Kak,” kata Mas Lanang seraya menyerahkan mimpi yang telah selesai dia pintal. “Makasih,” sahut saya. Saya menggenggam mimpi itu dengan tongkat kayu sambil menikmatinya sedikit-sedikit. Gulali memang nyata-tak nyata seperti mimpi. Warnanya semu tetapi lucu. Manisnya menempel di lidah, berubah wujud menjadi pipih, lalu mencair dan hilang. Selanjutnya kita seperti menelan sesuatu yang entah apa.

***

“Pink semua, Bang? Kalau warna-warni bisa?” seorang ibu membuyarkan keasyikan saya bermimpi. “Bisa,” sahut Mas Lanang. Gadis kecil di sebelah Si Ibu melompat-lompat girang, “Warna-warni, aku yang warna-warni!”

Mesin pembuat mimpi berputar dan berputar. Gula warna-warni berlompatan dari kepalanya. Sebagian berkilauan seperti bintang di dinding kuali, sebagian lagi menjelma benang-benang halus yang ditangkap dan digulung.

Seorang gadis kecil berjinjit-jinjit di pinggir mesin. Mengamati mimpinya yang sedang dipintal …

Comments