"Editorial" blog Tobucil edisi 7 September 2009
========================
Jari Puteri Aurora tertusuk jarum pintal.
Luka kecil.
Kecelakaan sederhana.
Tapi Puteri Aurora jadi tidur sangat lama.
Jarum adalah kurir kecil yang menghantar banyak hal besar. Dialah yang dengan gagah berani menusuk kain, menjejakkan benang. Dia jugalah yang menjadi garda depan alat suntik, mengantar obat-obatan memasuki tubuh. Jika pena juga sebuah jarum, ia adalah penentu sejarah. Ia berada di antara evolusi dan revolusi.
Yang menarik, jarum adalah kurir kecil yang rendah hati. Setelah tugasnya selesai ia selalu mohon diri dengan cara yang nyaris diam-diam. Ketika benang sudah kuat membangun eksistensi pada kain, ia memutus diri tanpa banyak drama. Ketika obat yang dia antar sudah menemukan jalannya sendiri, ia merayap meninggalkan tubuh. Ketika sejarah ditelusuri, kita tak pernah peduli pena mana yang digunakan untuk mencatat.
Minggu ini blog Tobucil menghadirkan jarum-jarum. Ada Klab Hobi dan R.E Hartanto yang berkarya dengan (tentunya) menggunakan jarum, Mbak Kenti yang diwawancara sambil menyulam pita, Erri Yunaz dan jarinya yang menjadi jarum saat ia beryubiyami, Tuhan yang menjahit dalam cerpen “Kain Malam” karya Nia Janiar, manager Tobucil yang menyulam aplikasi di kerudung, wisata kuliner “makanan-makanan tusuk”, dan teman-teman Klab Menulis Kreatif Anak yang menjadi ceria karena naskah yang ditulis Mas Tanto.
Jari Bunda Puteri Salju tertusuk jarum sulam.
Luka kecil.
Kecelakaan sederhana.
Tapi darah di jarinya mengantar kita pada sebuah cerita.
Selamat hari aksara, 8 September
Salamtahari, semogaselaluhangat dan cerah,
Tobuciler
Comments
Post a Comment